LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
ACARA III
(DERAJAT KERUT TANAH)
Nama : Rifki Pringadi
Nim : A0B012022
Prodi : D3 – PSL
KEMENTRIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
PERENCAAN
SUMBERDAYA LAHAN
PURWOKERTO
2012
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara fisik tanah mineral
merupakan campuran dari bahan anorganik, bahan organik, udara dan air. Masing - masing fraksi mempunyai ukuran dan sifat yang berbeda beda. Bahan anorganik secara garis besar dibagi atas golongan fraksi tanah yaitu
:
1. Pasir (0,05 mm – 2,00 mm) yaitu Tidak plastis dan tidak liat, daya menahan
air rendah, ukuran yang besar menyebabkan ruang pori makro lebih banyak,
perkolasi cepat, sehingga aerasi dan drainase tanah pasir relative baik.
Partikel pasir ini berbentuk bulat dan tidak lekat satu sama lain.
2. Debu (0,002 mm – 0,005 mm) yaituMerupakn pasir mikro. Tanah keringnya
menggumpal tetapi mudah pecah jika basah, empuk dan menepung. Fraksi debu
mempunyai sedikit sifat plastis dan kohesi yang cukup baik.
3. Liat (<0,002 mm) yaituBerbentuk lempeng, punya sifat lekat yang tinggi
sehingga bila dibasahi amat lengket dan sangat plastis, sifat mengmbang dan
mengkerut yang besar.
Tanah mempunyai sifat yang
mudah dipengaruhi oleh iklim, serta jasad hidup yang bertindak terhadap bahan
induk dalam jangka waktu tertentu. Tanah
dalam pertanian mempunyai peranan sebagai media tumbuh tanaman dalam hal tempat
akar memenuhi cadangan makanan, cadangan nutrisi (hara) baik yang berupa ion-ion
organik maupun anorganik.
Berat ringannya tanah akan
menentukan besarnya derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin
besar derajat kerut tanah.Selain itu bahan organik tanah, bahan organik tanah
berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah maka
derajat kerut tanah makin kecil.
Secara fisik tanah
mineral merupakan campuran dari bahan anorganik, bahan organik, udara dan air.
Bahan anorganik secara garis besar terdiri dari golongan fraksi tanah yaitu
pasir, debu dan liat. Tanah yang mengandung pasir sifatnya sukar diolah
sedangkan semakin berat tanahnya (liat tinggi) semakin besar derajat kerutnya.
Mengetahui derajat kerut suatu jenis tanah akan mempermudah untuk mengetahui
kandungan bahan organic dalam tanah tersebut
B. Tujuan
Mengetahui besarnya derajat
kerut tanah dari beberapa jenis tanah dan membandingkan besarnya derajat kerut
antar jenis tanah yang diamati.
II. TINJAUAN
PUSTAKA
Susunan mekanika tanah merujuk pada
ukuran, bentuk, kerapatan dan kimiawi zarah tunggal komponen padat mineral
(Kohke, 1968).
Secara kasaran, zarah mineral tanah
dapat dipilah menjadi 3 kategori. Yang
berdiameter lebih besar daripada 2 cm disebut batu, berdiameter antara 2
cm dan 2 mm disebut krikil, dan berdiameter lebih kecil daripada 2 mm disebut
bahan tanah halus (Kohke, 1968).
Dalam analisis agihan besar zarah, bahan tanah halus
dipisahkan lebih lanjut menjadi tiga fraksi utama pasir, debu (lanau), dan
lempung. Fraksi tanah ialah sekelompok zarah tanah yang berukuran diantara batas-batas
tertentu (Notohadiprawiro,1998).
Butiran pasir terdiri dari kuarsa,
pecahan felspar, mika dan kadang juga sirkon, turmalin dan horn blende
(Poerwowidodo, 1991).
Butiran pasir mempunyai matra kurang
lebih seragam dan mempunyai bentuk membulat walaupun permukaan luarnya tidak
selalu halus, serta mempunyai jenjang kekasaran tertentu yang terkait erat
dengan keabrasifanya.
Pisahan debu terdiri dari kumpulan
zarah berukuran garis tengah antara pisahan lempung dan pisahan pasir. Secara
meneralogis dan fisis, zarah debu in I mendekati zarah pasir, hanya berukuran
lebih kecil dan luas permukaan per satuan massa yang lebih besar, serta
seringkali terlapisi lempung yang terjerap kuat. Pada kasus tertentu zarah debu
memperlihatkan perangai fisiko kimiawi lempung (Purwowidodo, 1991).
II. METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
Bahan dan alat yang digunakan
dalam praktikum Acara III Derajat kerut Tanah ini adalah contoh tanah halus
(<0,5 mm), botol semprot, air, cawan porselin, colet, cawan dakhil, jangka
sorong dan serbet / lap pembersih.
B. Prosedur Kerja
1. Tanah halus diambil secukupnya, dimasukkan ke dalam cawan porselin,
ditambah air dengan menggunakan botol semprot, lalu diaduk secara merata dengan
colet sampai pasta tanah menjadi homogen.
2. Pasta tanah yang sudah homogen tadi dimasukkan ke dalam cawan dakhil yang
telah diketahui diameternya dengan menggunakan jangka sorong (diameter awal).
3. Cawan dakhil yang telah berisi pasta tanah tersebut dijemur dibawah terik
matahari, kemudian dilakukan pengukuran besarnya pengkerutan setiap 2 jam
sekali sampai diameternya konstan (diameter akhir).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pengamatan
No
|
Jenis Tanah
|
Ukuran Diameter Pengamatan ke :
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
||
1.
|
Ultisol
|
3,67
|
3,52
|
3,43
|
3,31
|
3,28
|
3,26
|
3,25
|
Perhitungan
:
X 100% =
=
= 0,1144 X 100%
= 11,44%
B Pembahasan
Tanah dapat terbagi menjadi
beberapa jenis yang masing-masing memiliki sifat yang berbeda-beda. Ada jenis
tanah yang mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengkerut (bila kering).
Akibatnya pada musim kering karena tanah mengerut maka tanah menjadi pecah-pecah.
Sifat mengembang dan mengerutnya tanah disebabkan oleh kandungan mineral liat
montmorillonit yang tinggi. Besarnya pengembangan dari pengerutan tanah
dinyatakan dalam nilai COLE (Coefficient Of Linear Extensibility) atau PVC
(Potential Volume Change = Swell index = index pengembangan). Istilah COLE
banyak digunakan dalam bidang ilmu tanah (pedology) sedang PVC digunakan dalam
bidang engineering (pembuatan jalan, gedung-gedung dsb). (Hardjowigeno,2010)
Percobaan derajat kerut tanah,
kami mendapat Jenis Tanah Ultisol. Pengamatan dilakukan pada 2 wadah
yaitucawan I dan
cawan II yang berisi tanah Ultisol yang
sebelumnya telah diolesi vaseline agar saat penjemuran tanah yang mengkerut
tidak menempel pada cawan.Dilakukan penjemuran di bawah sinar matahari,
dan diamati setiap 2 jam sekali. Dilakukan pengukuran sebanyak 4 kali.
Pada cawan pertama setelah dihitung dengan rumus derajat kerut hasilnya
sebesar 1 %. Dan pada
cawan kedua didapat hasil sebesar 9%.
Ultisol adalah tanah – tanah dimana terjadi penimbunan
liat di horison bawah (horison argilik), bersifat masam, kejenuhan basa (jumlah
kation) pada kedalaman 180cm dari permukaan tanah kurang dari 35%. Tanah ini
dulu disebut tanah Podzolik Merah Kuning yang banyak terdapat di Indonesia.
Kadang – kadang juga termasuk tanah Latosol dan Hidromorf kelabu.
(Hardjowigono, 2010)
Secara fisik tanah mineral
merupakan campuran dari bahan anorganik, bahan organic, udara dan air. Bahan
anorganik secara garis besar terdiri dari golongan fraksi tanah yaitu pasir, debu
dan liat. Masing-masing fraksi mempunyai ukuran sifat yang berbeda-beda, antara
lain:
1. Pasir (0,05 mm-2,00 mm),
bersifat tidak plastis dan tidak liat, daya menahan air rendah, ukurannya yang
besar menyebabkan ruang pori makro lebih banyak, perkolasi cepat sehingga tanah
pasiran beraerasi baik dan drainasenya baik.
2. Debu (0,002 mm-0,05 mm),
sebenarnya merupakan pasir mikro dan sebagian besar adalah kuarsa. Fraksi debu
mempunyai sedikit sifat plastis dan kohesi yang cukup baik.
3. Liat (<0,002 mm), berbentuk
mika atau lempeng, bila dibasahi amat lengket dan sangat plastis, sifat
mengembang dan mengerut yang besar. Bila kering menciut dan banyak menyerap
energi panas, bila dibasahi terjadi pengembangan volume dan terjadi pelepasan panas
yang disebut sebagai panas pembasahan (heat of wetting).
Tanah ringan adalah tanah yang mengandung banyak
pasir akan mempunyai tekstur kasar, mudah diolah, merembeskan air. Sedangkan
tanah berat adalah tanah yang banyak mengandung liat, sulit meloloskan air,
aerasi jelek, lengket dan sulit dalam pengelolaannya.
Masing-masing fraksi mempunyai ukuran dan sifat
yang berbeda-beda. Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur
yang kasar, mudah untuk diolah, mudah untuk merembeskan air dan disebut sebagai
tanah ringan.
V. PENUTUP
A.Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan dan
persobaan dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa suatu tanah semakin tinggi
kandungan liatnya, maka semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan
orgaik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik
tanah, maka derajat kerut tanah semakin kecil.
B. Saran
Pada praktikum ini kita harus sering
melihat dan mengukur supaya tau hasil yang konsistensi pada tanah yang di
amati.
DAFTAR PUSTAKA
Foth, Henry. 1988. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada
University Press: Yogyakarta.
Hakim, Nurhajati dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UNILA :
Lampung.
Hardjowigeno,
Sarwono.2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo : Jakarta.
Poerwowidodo. 1991. Genesa
Tanah, Proses Genesa dan Morfologi. Fahutan : Institut Pertanian Bogor.
Sarief, Saifuddin.1986.
Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana : Bandung.